Selasa, 19 Mei 2015

Ini Alasan Kenapa Orang Indonesia Senang Dengan Ramalan

Membaca ramalan bintang sepertinya sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang. Di samping horoskop masih ada ramalan-ramalan lain, seperti kartu, shio, garis tangan, dan sebagainya.  Pernahkah Anda bertanya mengapa sih ada orang yang sedemikian gemarnya membaca ramalan? Apa yang mereka cari? Katanya kita sudah modern, tapi kok masih sering membaca ramalan?
Menginginkan kepastian
Menurut sosiolog Universitas Indonesia, Erna Karim, masyarakat Timur, termasuk Indonesia, adalah masyarakat yang sangat memiliki kedekatan dengan alam. Akibatnya, segala sesuatunya diprediksi dengan membaca gejala alam. Misalnya dengan mengartikan letak bintang atau arah angin.
Namun karena alam bersifat dinamis, manusia Timur jadi mengalami kesulitan dalam mendapatkan kepastian. Perubahan sangat  mungkin terjadi seiring perubahan alam. Ujung-ujungnya dibutuhkan orang yang pandai membaca alam untuk menginformasikan apa yang akan terjadi. Orang pandai inilah yang kemudian berkembang menjadi peramal.
"Orang-orang ingin tahu, apa konsekuensi perubahan alam terhadap kehidupan saya. Hari ini kondisinya A, tapi besok bisa saja langsung berubah menjadi B. Ini berbeda dari kebudayaan Barat yang mengandalkan hal-hal yang pasti, nyata, bisa dihitung dan direncanakan," tutur Erna.
Selain itu, dalam pandangan ilmu sosiologi, nilai-nilai dan orientasi yang dimiliki saat ini dimaksudkan agar seseorang bisa dengan mulus menjalani kehidupan di masa depan. Jadi wajar jika seseorang lantas mencari cara agar bisa mewujudkannya. Masyarakat Timur cenderung memilih sarana ramalan itu.
Bila dikaitkan dengan Indonesia, menurut Erna, masyarakat kita masih hidup dalam ketidakpastian masa depan. Ia lantas memberi contoh bidang pendidikan. Seorang sarjana lulusan teknik bisa saja pada akhirnya bekerja di bidang perbankan, bukan di bidang teknik.
"Bandingkan dengan negara maju yang bisa menghubungkan institusi pendidikan dengan dunia kerja. Ada link and match," ujarnya. Karena khawatir dan merasa tidak bisa mengandalkan apa yang ada, mereka mencari panduan pada ramalan.
Pendapat senada dikemukakan psikolog Ratih Ibrahim dari lembaga Personal Growth. Ia mengatakan, dalam diri setiap orang ada kebutuhan untuk bertahan hidup. Itu merupakan insting paling dasar. "Tapi tidak hanya itu. Setelah hidup, lantas apa? Orang itu ingin bisa mengendalikan hidupnya. Kalau sekarang sudah baik, tentu ia ingin baik juga di masa depan. Kalau perlu, ia bisa menyaingi orang lain," terang Ratih.
Dengan memiliki informasi, ia jadi bisa menyiapkan masa depannya. "Seperti kata filsuf Francis Bacon, 'Knowledge is power'. Orang yang punya informasi punya kelebihan dan kekuatan. Informasi di masa lalu menjadi modal untuk masa kini. Informasi masa kini dipakai untuk menentukan masa depan," tambahnya lagi.
Salah satu alasan lain mengapa orang mencari jawaban lewat ramalan yaitu karena hasilnya dijadikan jalan pintas terhadap semua permasalahan yang ada. Ratih memberi contoh orang yang sakit. Daripada repot dan lama menemui dokter, lebih baik ia pergi ke dukun. Belum lagi biayanya yang tidak semahal pemeriksaan dokter.
Wah, di zaman modern seperti sekarang, kok masih ada orang yang lebih memilih pergi ke dukun waktu sakit?

"Siapa bilang kita sudah modern? Ada bedanya lho, antara modern dan bersifat kebarat-baratan. Menurut saya, selama ini kita masih hanya bersifat kebarat-baratan, belum modern. Jadi tak heran jika masih banyak orang yang memilih jalan itu (pergi ke dukun)," kata Erna.
(Sumber : Kompas Female | Tassia Sipahutar)

1 komentar: